KETIKA Ibrahim bin Adham, seorang ulama tasawuf yang terkemuka, sedang
berjalan disebuah pasar di kota Basrah, sekumpulan manusia
menghampirinya lalu bertanya kepadanya:
“Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.” (Al-Mukmin:6)
“Kami telah menyeru-Nya berkali-kali tetapi Allah masih tidak menjawab dan memperkenankan seruan kami itu.”
Maka Ibrahim bin Adham pun berkata:
“Wahai kaum Basrah! Sesungguhnya hati kamu itu telah mati dalam beberapa perkara.
“Kamu telah mengenal Allah, tetapi kamu tidak menunaikan hak-Nya. “Kamu
telah membaca Kitab Allah, tetapi kamu tidak beramal dengannya.
“Kamu mendakwa bahwa kamu cintakan Rasulullah saw tetapi kamu tinggalkan sunnahnya.
“Kamu telah katakan bahwa maut itu adalah benar tetapi kamu tidak bersedia menghadapinya.
“Kamu telah katakan bahwa kamu takutkan api neraka tetapi kamu telah meridhoi diri kamu padanya.
“Kamu telah katakan bahwa kamu kasihkan syurga tetapi kamu tidak beramal
semata-mata untuknya. “Kamu sibuk dengan keaiban saudara-saudara kamu
tetapi kamu lupa menutup keaiban kamu. “Kamu telah merasai nikmat Tuhan
kamu tetapi kamu tidak bersyukur pada-Nya.
“Kamu telah mengebumikan mayat-mayat saudara kamu yang telah meninggal
dunia tetapi kamu tidak mengambil contoh dan pelajaran atas kematian
mereka. “Bagaimanakah Allah swt hendak memperkenankan seruan kamu itu?”
Jika kita meneliti apa yang telah dikatakan oleh Ibrahim bin Adham itu,
Maka kita dapati bahwa nasihatnya itu sesuai dengan firman Allah yang
artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. (Surah Al-Baqarah: 186)
Kita perlu mawas diri bahwa seseorang Muslim itu tidak harus Selalu
bertumpu kepada ayat pendek ini, malah hendaklah dia meneruskan
pemahamannya pada ayat ini: Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu
berada dalam kebenaran. (Surah Al-Baqarah: 186)
Justeru itu, hendaklah kita menyahut segala perintah Allah dan
meninggalkan segala laranganNya. Di sini juga kita dapat mengambil
pelajaran, diantaranya:
Umumnya susunan kata pada orang yang berdoa mengesankan bahwa Seseorang
hamba ingin sekali dan tidak sabar agar doanya terkabul secepat mungkin,
namun apabila mereka dapati doa mereka itu sudah terkabul, maka mereka
terus meninggalkan doa itu sama sekali.
Sikap ini diibaratkan oleh Ibnu Qayyim seperti seorang insan menanam
sesuatu benih. Mereka menjaga dan mengairinya setiap saat. Apabila
mereka dapati usaha itu lewat dan mendatangkan hasil, maka ia terus
ditinggalkannya. Rasulullah saw pernah bersabda yang artinya :
Diperkenankan (doa) salah seorang daripada kamu, jika dia tidak berniat
mengharapkan hasilnya dengan segera. Baginda menambah lagi …aku pernah
menyeru (Tuhanku), tapi tidak diperkenankan bagiku.
Baginda bersabda lagi yang bermakna : Jangan sekali-kali kamu lemah
dalam berdoa. Tidak mendatangkan kebinasaan jika seseorang itu menyertai
dirinya dengan berdoa.
Allah berfirman pula dalam Kitab Suci-Nya yang artinya : Jadilah sabar
dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Surah Al-Baqarah:
45).
0 komentar:
Posting Komentar