CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 01 Agustus 2013

CERPEN " Secarik Surat dan Janjimu"

Awan mulai menunjukan indahnya pagi hari, kicauan burung nan indah mengiringi udara pagi yang segar. Suara ini tak menyurutkan aku tuk bangun lebih awal di pagi yang cerah ini. Hari ini mungkin menjadi serpihan hari bersejarah dalam hidupku, tuk membangun negara ini lebih maju. Aku sebagai generasi muda penerus bangsa tak sepatasnya menjadi pelengkap penderita negara ini. Dengan semangat anak muda dan dengan wawasan bahkan dengan kerja keras ingin memajukan negara ini.
“ahh.. hari ini jantungku berdetak lebih kencang. Aku harap semuanya baik-baik saja” seruku dalam hati setelah berimajinasi dalam renungku tetang generasi muda.
Dengan bisimilah aku ucapkan sebelum pergi kesekolah aku berpamitan terlebih dahulu kepada ayah dan ibu.
“yah.. buk.. asyah berangkan dulu yah, asalamu’alaikum” setelah bersalaman, kulemparkan senyuman kepada mereka.
“iya, nak. Wa’alaikum salam”ujar ibu yang membalas senyuman dan ayah hanya tersenyum saja tanpa mengucapkan kata apapun.
***
Kulangkahkan kaki menuju ruangan yang aku tuju, yah.. ruang 1 ku lihat disekelilingku, tak kutemukan. Ramai orang yang semakin membuatku pusing mencari ruangan tersebut. Akupun memutuskan menyerah lalu aku menanyakan kepada panitia yaitu kakak osis yang ada disekitar ruangan untuk membantu adik kelas yang sedang kesulitan. Maklumlah masih awam untuk mengetahui ruangan-ruangan disekolah ini.
“permisi kak, kak ruangan satu dimana ya?”ujarku yang diiringin senyum tipis.
“oh ruang 1 dari sini lurus aja dek belok kanan, cari aja dideretan itu?” ujarnya dengan ramah.
“iya kak, terimakasih ya kak”.dengan raut masih agak bingung.
Lalu akupun pergi meninggalkan kakak tadi dengan kami saling saing senyuman.
***
Dengan gerak gerik lugu, akupun mencari bangku yang masih kosong, untunglah aku mendapatkan barisan kedua. Maklum, mataku yang minus membuat daya pengelihatanku kurang. Lalu aku berkenalan dengan seorang siswi disampingku. Seorang wanita nan hitam manis dan ramah.
“hai.. namaku Asyah ikhsani sakinah. Kalo kamu ?”tanyaku.
“hai juga.. namaku nadia klaudia. Salam kenal”.jawabnya.
Hari inipun hari pertama aku berkenalan dengan nadia, sosok yang baik hati bahkan saat ini menjadi sorang sosok sahabatku selama di SMA ini. Walaupun tak ada satupun yang aku kenal diruangan ini, aku sangat beruntug bisa berdekatan dengan nadia. Dari puluhan orang yang berada diruangan ini yang kebanyakan memasang wajah sinisnya. Mungkin karena kurang mengenal satu sama lain.
***
Perkenalan singkatku satu tahun yang lalu bersama nadia mebuahkan sebuah persahabatan. Karena kami dipersatukan kembali pada kelas sebelas. Suka duka kelas sepuluh terlewatkan, buly-an seketika sirna saat kami menginjakkan ruangan kelas sebelas atau menjadi seorang kakak kelas.
“nad, alhamdulilah kita bisa satu kelas lagi bahkan kita bisa menjadi anak IPA”. Kataku.
“iya nih asyah,alhamdulilan banget. Nilainya juga lumayan baik tidak begitu mengecewakan, walaupun nggak menjadi peringkat utama dikelas”.jawabnya.
“iya, kita jadikan tujuan dan motivasi saja kedepanya. Target kelas sebelas”.sambil mengeluarkan buku catatan kecil.
“mau nulis apaan sih syah?”.tanya nadia
“tuh..daftar pelajaran”. Jawabku singkat sambil menunjuk papan tulis.
“haii... ecieee anak IPA”. Tanya raka kepada kami berdua.
Akupun sibuk dengan catatanku begitupun nadia yang ikut menyusulku mencatat. Raka adalah seorang cowok yang terkadang baik dan terkadang menyebalkan yang ikut juga mengisi hari-hari kami selama kelas sepuluh. Naasnya akupun harus kembali menjadi rekan satu ruangan kelas raka. Walaupun menyebalkan raka ini termasuk cowok yang pintar dan berani mencoba dan tidak mudah putus asah.
“heeii.. aku kok dikacangin nih ??”tanya raka kembali.
Akupun angkat berbicara “kanapa raka? Kalo mau ngeselin jangan sekarang dong!”.jawabku sinis.
“ehh kamu, pagi-pagi udah main su’uzon, harusnya usnuzon dong?”.ujar raka dengan raut wajah melas.
“hm.. udah dong, kalian berdua dari dulu kapan sih akurnya? Selalu berdebat, nanti jadian loh?”.ledek nadia.
“NADIAAAA....”.jawabku dan raka kompak.
Kami berdua selalu bertindak seperti tersebut saat nadia berkata “jadian” yahh.. begitulah nadia, nadia ohh nadia.
***
Beberapa hari disekolah kamipun disibukkan oleh tugas, dari tugas individu hingga ke tugas kelompok, naasnya lagi tugas kelompok kali ini harus bersama “RAKA IFZARI” ya ampun. Raka itu orangnya menyebalkan sekali walaupun pinter, dan mendapatkan 3 nilai tertinggi dikelas. Harus aku akuin bahwa raka itu seorang yang pintar, tetapi saat jurus menyebalkanya itu keluar. Ya ampun kamipun langsung berperang. Meskipun diakhiri dengan guyonan.
“asyah, kita mau buat nih tugas dimana? Kolam renang, hutan lindung ?”ledek raka.
“eh.. kamu mau berwisata atau buat tugas!”.jawabku sensi.
Raka membalas “Cuma bercanda atuh neng”.
“nggak lucu atuh aak”.sahutku. “oke serius, mau ngerjain dimana?’’.
“dirumahku boleh”jawab raka.
“oke, tapi ntar anter aku pulang yah?”
“siap..bos. ongkosnya yahh ?’’.
“iya, ntar aku bayar 0 perak”.
“toh, dapet apaan neng gelis”.
“dapet udara atuh aak cakep”.
“ahh neng, aak ma...”. perkataanya langsung diputuskan oleh nadia.
“hey.. kamu-kamu”.tanya nadia gaje.
Sontak kami berduanpun meninggalkan nadia yang baru saja mendekati kami. Maklum tiba-tiba raka menarik tanganku keluar kelas.
***
Bel pulang pun telah dibunyikan, segera raka dan aku menuju parkiran untuk mempercepat acara buat tugas kami. Diperjalanan tiba-tiba segerombolan anak-anak SMA saling melemparkan batu, untungnya kami lihat tak ada satupun dari sekolah kami. Rakapun membelokkan motornya dan kami langsung mencari jalan pintas untuk menjauhi tawuran antar siswa tersebut.
Yah.. terkadang aku kecewa melihat pelajar zaman sekarang, yang ada sebagaian salah pergaulan. Coba kalian pikirkan toh tak ada manfaatnya melakukan tindakkan negatif tersebut. Mendingan mencetak prestasi untuk membanggakan kedua orang tua dan memajukan negara ini. Haloo.. pelajar Indonesia, bangkit dong. Jangan mau ikut-ikutan orang yang melakuan hal negatif, dan kalo bisa jauhi tuh rokok dan minuman keras bahkan jauh-jauh dari narkoba, tawuran dan hal-hal negatif lainya. Karena, kita itu calon pemimpin bangsa. Mau jadi apa bangsa kita ??
“asyah turun udah nyampe tau”.tanya raka.
“oh yaya ka”. Lamunanku terhentikan, ocehanku dalam hati terhentikan saat raka angkat berbicara.
Acara buat tugas bareng dirumah raka berjalan dengan lancar, dan selesai tepat waktu. Yang ditemani dua buah cangkir jus dan pizza yang telah dibelikan oleh mamanya raka. Mama raka sangat baik, beliau tak halnya membelikan makanan bahkan beliau juga membatu kami membuat tugas bila kami ada kesulitan. Wah pantes saja bila raka menjadi 3 nilai tertinggi dikelas. Sedangkan aku selalu dibawah raka, mungkin aku kurang usaha. Hiihihi...
Raka pun bergegas mengantarkan aku pulang kerumah, takut kesorean.
“tante, asyah pamit dulu ya. Makasih tante, aslamu’alaikum”.dengan senyum tipisku.
“iya, asyah. Sama-sama, wa’alaikum salam”.jawab mama raka dengan senyumnya.
***
Akhir-akhir ini aku dan raka menjadi dekat, sampai-sampai aku dan nadia jarang berbincang bersama seperti kelas sepuluh. Mungkin karena aku dan nadia tidak selalu dipasangkan dalam hal kelompok dan aku selalu dipasangkan dengan raka. Terima nasib itu, lebih baik.
Saat aku dan raka sedang berbincang mengenai tugas yang baru, kulihat ada yang berbada dari pancaran wajah raka, wajah yang pucat dan kurang bersemangat seperti raka yang biasanya.
“ka, kamu kenapa ? kok pucat sekali wajahmu?’’. Tanyaku
Raka menjawab “nggak apa-apa kok asyah, I’m fine”. Dengan senyumnya.
“mulai inggrisnya, mana sundanya atuh aak?’’.tanyaku bergurau.
Tetapi tak seperti biasanya gurauan ku tak selalu ditanggapi oleh raka, begitupun raka yang akhir-akhir ini memasang muka serius. Akupun mulai mencurigainya. Aku kangen raka yang dulu.
“teman-teman, ada tugas bu’ faridah buka buku paketnya halaman 223-224. Terimaksih”.ujar ketua kelas firman secara singkat. Firman merupakan ketua kelas dikelas sebelas, dan akupun baru mengenal firman mulai kelas sebelas. Selain sosoknya yang serius firman juga memiliki aura seorang sang pemimpin yang tegas dam selalu peduli terhadap teman sekelas, tak salah anak-anak kelas mempercayai dia sebagai ketua kelas.
***
Hari-haripun dilalui tanpa terasa semester 3 mulai menyusul tuk menjadi serpian  kenangan diSMA tercinta. Sama halnya seperti raka yang akhir-akhir ini selalu jarang hadir, walaupun hadir wajahnya selalu pucat. Tak seperti raka yang aku kenal semasa kelas sepuluh.
“syah, kemana raka ? kok jarang masuk ?’”.tanya firman singkat.
“iya nih firman, kayaknya raka sakit lagi deh”.jawabku.
Dengan senyumnya yang membuat anak-anak kelas terpesona. Dia bergegas menuju tempat duduknya dan kembali membaca bukunya, yah pantas saja firman adalah peringkat utama dikelas kami, selain anaknya pintar prestasinya pun tak kalah saing dan keagamaanya pun sangat bagus. Tak salah anak cewek dikelas pada jatuh cinta kepadanya. Tetapi, firman tak pernah memberikan harapan palsunya, seperti cowok lainya. Dia selalu bilang hal yang disukai dan tidak disukainya tetapi secara baik-baik. Dengar-dengar gosip yang beredar bahwa firman lebih fokus untuk belajar.
Entah kenapa, saat ini akupun tak mempunyai rasa seperti halnya teman-teman cewek dikelasku. Mungkin aku tak pernah berpikirkan, aku hanya mengagumi firman hanya sebagai motivasiku agar aku bisa menjadi lebih baik lagi.
***
Hujan deras menghentikan langkahku untuk segera bergegas pulang, akupun menunggu bus yang datang mengampiriku di halte. Rasa dingin mulai mengusikku karena aku tak membawa jaket. Kugessekan kedua tanganku agar menjadi hangat. Tiba-tiba ada seorang laki-laki mengampiriku dan memasangkan jaket dipundakku, betapa terkejutnya aku saat ku lihat firman.
“maaf syah, aku lihat kamu kayak orang kedinginan. Kalo nggak keberatan kamu boleh pake jaketku”.ujar firman santai.
“oh yah, makasih firman”.jawabku singkat.
Lalu kamipun berbincang-bincang mengenai generasi muda, karena aku selalu senang mengeluarkan pendapat tentang generasi sekarang penerus bangsa. Ntah kenapa topik pembicaraan kami berlanjut ke raka. Firman sepakat untuk menjenguk raka bersamaku, ujarnya karena aku dan raka sangat dekat.  Lalu beberapa saat kemudian, hujanpun berhenti  firman menawarkanku untuk pulang bersamanya. Akupun tak menolak karena bus yang kutunggu-tunggu  tak kunjung datang, aku takut sampai dirumah azan magrib.
***
Keesokan harinya kami berdua mengunjungi rumah raka sepulang sekolah, karena hari kamis adalah hari dimana sekolah pulang agak cepat. Setelah kami berkunjung kerumah raka. Kata salah seorang satpam penjaga rumah raka bahwa raka dirawat disalah satu rumah sakit, seminggu yang lalu raka jatuh pingsan sempat koma diruma sakit selama dua hari. Sontak akupun terkejut mendengar berita ini, batinku lirih rasa tangis ini tak kunjung membendung. Kenapa raka? Kenapa kamu tak pernah cerita? Pertanyaan-pertanyaan mulai melanda dikepalaku. Firman hanya memagang tanganku, yang sedikit gemetaran. Kamipun memintak alamat rumah sakit kepada satpam tersebut dimana raka dirawat.
Setelah kami sampai dirumah sakit, kamipun menelusuri kolidor. Setelah sampai didepan kamar raka. Firman pun membuka pintunya.
“asalamu’alakum”ujar firman. Sambil menuntun tanganku.
“wa’alaikum salam”. Jawab mama raka, yang duduk disamping raka yang sedang terbaring lemah.
Raka hanya terdiam melihat kami berdua tanpa mengucapkan kata apapun, dia melihat tangan kami yang saling berpegangan secara sinis. Dan kami tau raut muka raka yang lemas menahan sakit.
Kami hanya berbincang bersama mama raka, sedangkan raka hanya terdiam seribu kata menahan rasa sakit ditubuhnya. Tanpa ku sadari tanganku dan firman masih tetap berpegangan, sampai-sampai mama raka menduga kami pacaran. Dan kami hanya tertawa, tidak dengan raka. Raka masih memasang muka datarnya. “aduh ni orang, biar masih sakit tetep aja masang muka menyebalkan”.ujarku dalam hati.
Setelah hampir satu jam kami berada dirumah sakit sampai raka pun tertidur, kamipun memutuskan untuk pulang, lalu kami berpamitan dengan mama raka.
***
Dikamar, sedang asik-asiknya membuat tugas. Mamapun datang dengan secangkir susu untuk menemaniku. 
“syah, mama mau nanya boleh nggak?”. Tanya mama
“boleh ma, nanya apaan ?”. jawabku sambil mencoret-coret kertas, mencari jawaban hasil soal matematika.
“gimana sekolah kamu? Lancar? Kemana yang suka nganterin kamu pulang? Kok mama nggak ngeliatnya lagi?.kata mama.
“alhamdulilah lancar ma, yang nganterin? Tadi firman mah?”.
Lanjutmama “bukan yang itu, yang biasanya?”.
“raka mah ?’’. seketika aku menghentikan coretanku.
“ohh namanya raka? Kenapa kamu nggak bareng dia lagi. Kalian berantem?”.
Yah.. acara buat PeeR lanjut menjadi obrolan aku dan mama, aku jelaskan kepada mama bahwa raka sedang sakit. Begitupun pertanyaan mama yang panjang lebar. Hingga menanyakan jaket yang aku bawa saat pulang sekolah hujan-hujanan.
***
Beberapa hari kemudian, disekolah hanya ada aku dan firman dikelas. Mungkin kami berdua datang terlalu pagi. Dan tiba-tiba firman menghampiriku, ia duduk disampingku. Tepatnya ia menempati tempat raka yang kosong hampir selama seminggu lebih tempat itu tanpa candaan raka. Tanpa basa-basi firman duduk dan membaca buku disampingku.
“hai.. makasih ya jaketnya”.kataku sambil menjulurkan jaket kepada firman.
“yah.. sama-sama”.sambil mengambil jaketnya ditanganku.
Tiba-tiba ada seorang sosok berwajah pucat melihat kami sedang berbincang-bincang. Iya, dia adalah raka, ia berjalan sempoyongan mengarah kami berdua. Tidak tau apa yang terjadi dia jatuh pingsan dengan hidung yang bercucuran darah. Dengan sigapnya firman pun langsung menolongnya dan membawanya keUKS.
diUKS firman hanya membaca bukunya sedangkan aku yang sedang duduk disamping raka yang sedang terbaring hanya bisa terdiam. Rasa takut kehilangan mulai melanda diriku, pikirananku pun mulai mengada-ada. Sampai raka mulai sadar.
“au.. sakit banget, dimana ini?’’. Tanya raka yang langsung duduk disampingku
“diUKS ka, kamu tadi datang-datang udah main pingsan aja? Mangkanya kalo masih sakit yah nggak usah sekolah. Kamu itu bikin orang khawatir aja”.jawabku kesal.
“maaf nih syah, aku kan kangen sama kamu. Bela-belain datang sekolah, ehh sekolah malah diomelin”.ujar raka
“bukan ngomelin ka, tapi aku takut”.tak sengaja air pun jatuh dari mataku.
“jangan nangis dong, aku kan nggak apa-apa. Jangan takut kok aku masih disini”.jawab raka sembari menghapus air mata.
“kamu janji ya, jangan pernah ninggalin aku?”.tanyaku.
“insya’allah syah, kalo allah mengizinkan”.jawab raka.
“loh jawabanya kok kayak gitu sih?’.
Tiba-tiba firman yang tadinya terdiam angkat bicara. “ehh aku kekelas yah, takut ganggu kalian nih”.
“ehh aku ikut dong”.sahut raka.
“tapikan kamu..”. belum selesai kalimat itu langsung dipotong raka “aku nggak apa-apa kok”.
Kami bertiga pun langsung menuju kelas, meskipun aku tau raut wajah raka yang memaksakan untuk belajar sembari menahan sakitnya.

***
Ulangan semester sebentar lagi, tetapi raka malah jarang sekolah. Kamipun sibuk belajar untuk mendapatkan nilai terbaik disekolah. Lantaran nilai semester juga menentukan kami untuk masuk keperguruan tinggi. Dan terdengar berita raka yang sedang koma dirumah sakit, akupun tak bisa menjengguk lantaran disibukan oleh les dan lain-lain untuk persiapan menghadapi ujian kenaikan kelas.
Seminggu lebih aku belajar dengan giat, walaupun tanpa ada raka disampingku. Dan hanya ada nadia dan firman yang terkadang membantuku saat aku mulai kesulitan dengan suatu pelajaran. Merekalah yang sering mengajariku dan menggantikan raka.
Ujian itupun tiba, kulihat bangku dibagian belakang tempat raka duduk kosong melompong. Aku yakin sepertinya raka masih dirawat dirumah sakit. Akupun mulai penasaran dengan keadaan raka, aku mulai rindu candaanya.
Hari terakhir ujian pun telah terlewati dengan baik, seminggu lebih menjalani ujian semester membuat kami bertiga aku, nadia dan firman ingin refresingterlebih dahulu. Seketika aku mengeluarkan pendapat kepada mereka untuk menjenguk raka, mereka langsung meng iyakan permintaanku.

***
Dirumah sakit benar saja raka masih koma dan terbaring lemah dengan mukanya yang pucat. Sontak saja air mata ini mengalir, betapa lirihnya hati ini melihat sosok yang biasanya ceria dan sekarang terbaring lemah. “raka, mana janji kamu sebulan yang lalu, kamu selalu bilang kamu tak apa-apa kamu janji tak meninggalkanku, tapi nyatanya ? kamu harus kuat, raka? Aku tak ingin kehilangan sahabat seperti kamu?.” Tanyaku dalam hati. Dan tiba-tiba firman menghampiriku dan berkata “kamu yang kuat ya, syah. Kita selalu mendo’akan raka yang terbaik”.
Sedangkan nadia hanya berbincang dengan mama raka yang selalu tegar menjaga raka yang sedang sakit. Dari kehadiran kami dirumah sakit, kami mendapatkan berita yang sangat jelas, bahwa raka mengalami kanker yang selama ini dia bilang kepada kami “aku nggak apa-apa” minggu depan raka pergi kesingapur untuk berobat disana, walapun setegah nyawa raka tak tau berada dimana. Yah.. hari ini menjadi hari yang sangat membuatku merasakan kehilangan sosok raka.

***
Kenaikan kelas dua belas, yeahh.. aku nadia dan firman kembali dipersatukan kembali dalam kelas dua belas. Kami bertiga menjadi sahabat yang sangat kompak, walaupun tanpa sosok raka disamping kami. Sungguh rasa kehilanganpun ada, lantaran raka masih dirawat disingapura. Sempat terdengar kabar bahwa raka sudah mulai sadar dan terkadang keadaanya memburuk kembali.
Suka cita dikelas dua belas terlewati begitu saja, tak terasa pengumuman kelulusan kami sebentar lagi akan diumumkan. Dan kebahagiaan sekali lagi menyelimuti kami bertiga. Bahwa kami masuk keperguruan tinggi favorit kami lewat jalur undangan. Dan lagi-lagi kami satu perguruan tinggi walaupun minat aku dan firman berbeda dengan nadia. Aku dan firman masuk FK. Sedangkan nadia dibagian pesikolog. Pembagian nilai ujian nasional telah keluar dan bahagianya lagi nilai kami bertiga sangat memuaskan.
Saat kami sedang makan dikantin bersama, tiba-tiba ada seorang pemuda yang memberikan aku secarik surat yang bertuliskan :

Mungkin saat kalian membuka surat ini aku tak ada lagi disamping kalian. Aku telah pergi jauh dan sangat jauh melampaui langit ketujuh. Aku tau aku sosok yang sangat menyebalkan terutama buat kamu syah, tapi kamu harus yakin bahwa aku sayang sama kamu syah, dan aku  juga tau bahwa aku sangat bodoh selalu menutupi perasaan ini. Karena aku yakin umurku lebih pendek dibandingkan kalian, hidupku selalu ditemani oleh obat-obat yang selalu ada ketika rasa sakit ini melanda. Aku tak mau kamu khawatir karenaku. Kamu tau syah? Saat aku melihat kamu dengan firman bergandengan, seketika jantungku tak berdetak kembali. Rasa cemburu mulai menghantui, tapi aku mulai sadar dengan keadaanku ini.  Tak pantas aku berdiri disampingmu, maafkanlah aku yang membuat janji palsu itu, janji yang mustahil rasanya aku tepati, janji yang terucap diUKS. Buat kalian semua terimakasih telah menjadi serpihan kenangan disisa hidupku, terutama kamu syah yang telah memberikan warna disetiap hidupku. Aku minta maaf bila selama ini aku menyusahkan kalian bertiga.

RAKA   IFZARI

Surat itupun membuatku hancur berkeping-keping, kamu tau ka.. aku juga sayang sama kamu. Kenapa kamu tak pernah bilang? Lantaran penyakitmu itu. Lantaran kecemburuanmu. Selamat tinggal sahabat, sahabat sekaligus orang yang kucintai. Selamat jalan, walaupun kamu tidak berada disampingku lagi tapi kau selalu ada tempat dihatiku ini.


-selesai

0 komentar:

Posting Komentar