Songket dan Sejarahnya
Apa Itu Songket?
Songket adalah sebutan untuk kain tenun yang dibuat dengan teknik menambah benang pakan sebagai hiasan, yaitu dengan menyisipkan benang emas, perak atau warna di atas benang lungsin. Songket merupakan kerajinan tradisional khas masyarakat di hampir seluruh penjuru Sumatera, mulai dari Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, hingga Riau. Pengrajin songket kebanyakan Wanita.
Untuk songket Palembang, pembuatannya dilakukan dengan dua tahap, yaitu pertama menenun kain dasar dengan konstruksi tenunan rata atau polos dan tahap selanjutnya menenun bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari benang pakan. Orang Eropa dan Amerika menyebut cara menenun ini sebagai inlay weaving system.
Motif Hias Songket
Motif Hias songket biasanya berbentuk geometris atau mengambil bentuk flora dan fauna, yang masing-masing mempuyai arti perlambangan yang baik. Misalnya, bunga cengkih, bunga tanjung, bunga melati dan bunga mawar yang melambangkan kesucian, keanggunan, rezeki dan segala kebaikan.
Motif-motif itu antara lain lepus, jando beraes, bungan inten, tretes midar, pulir biru, kembang suku hijau, bungo cino dan bunga pacik.
Dulu, Hanya Untuk Bangsawan
Dari segi sejarah, songket dulu hanya untuk dipakai oleh golongan bangsawan. Makin halus tenunan, makin rumit corak songketnya dan makin berat songketnya (menandakan bahwa songket tersebut dibuat dari benang emas asli) berarti makin tinggi pangkat dan kedudukan orang yang mengenakannya.
Sejaran dari mana datangnya kain songket sebetulnya tidak dapat dipastikan dengan tepat. Namun, asal-usul kata songket boleh dibilang berasal dari kata “menyungkit” dalam bahasa Siam.
Akulturasi Dengan Budaya Cina
Berdasarkan kajian sejarah, motif kain songket Palembang dikenal pertama kali melalui penemuan arca di Candi Bumiayu, Muara Enim, Sumatera Selatan. Temuan itu diperkirakan berasal dari abad ke-11 hinggga ke-12.
Ketika ditemukan, ada dua macam motif kain songket yang digunakan di arca tersebut. Hasil tinjauan sejarah juga menunjukkan bahwa keberadaan kain songket ini terpengaruh oleh kebudayaan bangsa Cina. Kajian tersebut diperkuat melalui keberadaan warna dan motif songket yang ada kemiripannya dengan kain-kain dari Cina.
Paten Untuk 25 Motif Songket
Demi mendapatkan perlindungan sekaligus menghargai kreativitas dan warisan budaya, pemerintah Kota Palembang mendaftarkan 25 motif kain songket ke Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Motif-motif itu antara lain : nago besaung, lepus bintang berakit, tigo negeri betabur intanm, tigo negeri cantik manis dan limar cempuk. Selain itu, ternyata masih ada sekitar 100 motif songket tradisional lagi yang masih harus terus didata dan didaftar.
Cara Menyimpan Songket
Karena terbuat dari jalinan benang-benang yang disungkit, songket sebaiknya disimpan tidak dengan cara dilipat, melainkan digulung dan diletakkan di atas permukaan yang datar. Begitu juga dengan busana songket. Gantungkan pada gantungan baju dan jangan dilipat. *
Sumber : Femina Edisi 19 (15-21 Mei 2010)
Mengapa kali ini sayah mengangkat songket menjadi bahan tulisanku, karena setahun kemaren sewaktu diadakan Manado Expo, ada salah satu peserta dari Palembang dan yang mereka tampilkan adalah kerajinan Songket. Tertarik banget untuk beli, sayah tanya berapa harganya jreeeng ampir pingsan dah dengernya karena harganya sejutaan per 1 meter sedih pisan gag bisa beli, usut punya usut ternyata yang membuat mahal ya itu dibuat manual dengan benang-benang yang disebutkan di atas.
Dan ternyata kain songket juga digunakan untuk acara lamaran. Jadi kalo dikasih kain songket katanya itu tandanya mo dilamar.
Kain songket ini udah masuk daftar list untuk dibeli, entah kapan bisa belinya kudu siapin budget lebih. Insya Allah bisa..Ato ada yang maw ikhlas kasih songket ke sayah??heheheh
Mari kita terus lestarikan budaya bangsa kita.. Jayalah terus Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar