seperti biasa cerpen yang belum tuntas, yapp.... gue kagak tau endingnya gimana, saran ya ? langsung aja... jengg..jenggg
Cinta itu terkadang susah ditebak, pura-pura tidak tahu malah dikira kurang peka. Ehh.. giliran peka dikira GR, mungkin pekanya terlalu percaya diri. Haha.. dan yang paling teragis, jeng..jeng.. CINTA itu indahnya diawal pas terakhirnya-GALAU. Intinya pas jatuh cinta semua terasa indah, dari yang males jadi rajin. Tapi, biasanya kalo jatuh pasti ada sakit. Begitupun dengan cerita ini.
**
Kesunyian disebuah halaman rumah terpecahkan oleh sepasang anak kecil yang sedang berkejaran satu sama lain, walau dengan baju yang compang camping dan tanpa beralas kaki. Bukan berarti menyurutkan semangat sepasang anak tersebut. Dan akhirnya anak laki-laki tersebut tertangkap oleh anak perempuan, lalu anak perempuan tersebut menarik pakaian anak laki-laki dan cepat-cepat merampas maninanya kembali. Dengan raut wajah amarahnya anak perempuan tersebut berkata “jangan suka ganggu anak cewe dong!’’ lalu anak perempuan tersebut bergegas melepaskan tanganya dari pakaian anak laki-laki tersebut dan meninggalkannya pergi.
Yah, kedua anak tersebut ialah Rena Alkeysa seorang sosok gadis kecil yang lincah dan Alfero Raysiddin (Al) seorang sosok yang super jahilnya terhadap Rena. Rumah yang bertetanggaanlah yang membuat mereka menjadi teman satu sama lain. Walau sering bertengkar, terkadang mereka menjadi sangat akrabnya bila penyakit jahilnya Al menghilang.
**
Air yang sejuk seolah-olah membuat para ikan bermain dengan riang dikolamnya, begitupun dengan ayunan angin yang seolah-olah membuat dedaunan menari-nari. Akupun hanya diam duduk manis dipinggir kolam tersebut, tak tau apa yang harus aku lakukan. Rasanya ada sesuatu yang telah hilang dikehidupanku. Tiba-tiba ada sesuatu yang ganjil yang membuatku menoleh kearah belakang, yah sesuatu yang mencurigakan. Bergegas aku memasang kuda-kuda dan hhiiyyaattt.... satu pukulanku jatuh kepada sosok yang mencurigakan. Dengan mengusap pipinya yang sedang kesakitan gara-gara pukulan tadi, dia hanya tertundukkan dan mengomel kesakitan. Akupun melihat kearah wajahnya seperti sosok yang ku kenal, ternyata Al. Dengan reflex akupun langsung meminta maaf kepadanya atas kesalah pahaman ini. Dan seseorang tersebut malah tersenyum ramah kepadaku.
Dari kecil aku telah diajarkan ilmu bela diri dari keluargaku, walaupun aku perempuan bagiku ilmu ini sangat berarti untuk jaga-jaga sewaktu ada seseorang yang ingin berbuat jahat kepadaku. Ilmu ini bukan untuk disombongkan atau untuk menguasai sesuatu, melainkan untuk menjaga diri saja. Alfero atau yang sering aku sapa Al ini merupakan teman sejak kecil, dari kami menduduki ditaman kanak-kanak hingga mengenyam bangku menengah atas (SMA) kami selalu satu sekolah.
Gara-gara pukulan tadi, pipi kanan Al yang putih mendadak berwarna merah kebiru-biruan. Akupun jadi tak enak hati kepadanya, berkali-kali aku meminta maaf kepadanya dia hanya bilang bahwa dia tidak apa-apa dan diikuti senyuman manisnya yang membuat aku jadi sedikit salah tingkah. Tadinya Al mau ngejutin Rena yang sedang melamun. Tetapi, malah mendapatkan hadiah pukulan dari Rena. Bukannya marah, Al malah mengajak jalan-jalan mumpung lagi nggak ada tugas sekolah. Dengan senang hati Rena mengiyakan permintaan Al tersebut.
**
Pukul 7 malam kami janjian didepan rumahku, Al pun menjemputku. Dengan jeans hitam, kemeja biru tua yang lengan panjangnya dilipat sebatas sikut dan sepatu tali berwarna hitam putih yang membuat Al tampak lebih baik dengan tampilanya dibandingkanya sebelumnya. Akupun hanya memakai pakaian terusan selutut berwana pink muda dengan sendal sepatu berwarna putih. Dari dulunya sepasang anak kecil yang berpakaian compang camping tanpa beralas kaki, sekarang kami berubah menjadi seorang anak yang meranjak dewasa.
Ternyata, Al mengajaku kesuatu tempat yang lumayan unik seperti taman tetapi kali ini agak berbeda. Lampu germerlap yang memancarkan keindahan sinarnya ditengah-tengah gelapnya malam, begitupun dengan alunan lagu melow yang membuat tempat ini semakin menarik. Al pun hanya mengandeng tanganku dan mengajak aku duduk disalah satu tempat didalamya. Dugaankupun salah, ternyata tempat ini merupakan salah satu lestoran terbaru dikota dimana kami tinggal. Setelah kami berdua duduk, mulut kami seolah-oleh beku tak ada satupun dari kami yang ingin mengajak bicara. Setelah makanan yang kami pesan datang, barulah Al angkat bicara. Dia hanya berkata agar makananya segera dimakan.
**
Sejujurnya, makan malam kemarin aku dengan Al merupakan makan malam yang membosankan. Akupun semakin bete. Kutatap layar tivi yang berada dikamarku, kucari-cari dimana chanel yang terdapat film bagus. Tiba-tiba hpku pun berdering, kulihat dilayarnya ternyata Afel menelponku. Tanpa pikir panjang aku langsung saja mangangkat telpon tersebut.
“halo..’’ sapaku.
“iya halo. Ren kamu besok mau nggak pergi sekolah bareng aku?’’
‘’ hm.. gimana yah, soalnya aku udah ada janji mau pergi bareng Al”
“oh.. ya udah. Tapi pulang sekolahnya bareng aku yah ?”“oke deh fel”.
Afel itu merupakan salah satu teman disekolahku dan kamipun satu kelas. Bisa dibilang Afel itu temen dekat juga sih. Disekolah, aku lebih banyak berteman dengan anak cowok dibandingkan dengan cewek, ntah kenapa. Mungkin sudah terbiasa sejak kecil,karena saudara-saudara seusiaku dikelurga merupakan anak cowok.
**
Al sudah menungguku didpan rumah untuk berangkat sekolah bersama. Sebelum aku menemui Al, aku berpamitan terlebih dahulu kepada mama dan papa. Kali ini Al kesekolah menggunakan honda jazznya, langsung saja aku masuk kedalamnya. Tanpa basa basi, Al langsung melajukan mobilnya. Disepanjang jalan kami hanya terdiam, aku juga binggung harus bicara apa.
Sesampai disekolah, seperti biasa kami berpencar aku masuk kekelas terlebih dahulu. Karena kelas Al diujung, semenjak kami tidak sekelas lagi Al jarang berbicara ataupun cerita. Sesekali aku tanya dia hanya menjawab tidak apa-apa.
Setelah aku masuk kelas dan duduk, afelpun langsung menghampiriku. Dia duduk disebelahku, dengan perhatiannya dia bilang kalo mukaku sedikit pucat. Tapi omonganya tak aku gubris, karena aku merasa masih sehat-sehata saja.
Pelajaran pertamapun dimulai, aku mengikutinya dengan baik begitupun Vira teman satu bangkuku. Bila ada yang tidak aku mengerti dari pelajaran disekolah, aku akan menanyakannya kepada Vira. Selain baik dan ramah Vira juga merupakan salah satu murid berprestasi disekolahku. Dengan rambut panjang bergelombang, bertubuh tingging dan langsing, berhidung mancung dan berkulit putih ini semakin menambah daya tarik seorang sosok Vira. Dan satu hal lagi dari Vira, dia orangnya tidak sombong.
**
Pelajaran sekolah telah usai, langsung saja Afel menghampiriku. Tanpa berfikir panjang kamipun segera pergi kearah parkiran sekolah. Diparkiran sekolah, tiba-tiba ada seseorang yang menari lenganku dan mengajaku pergi meninggalkan Afel. Afelpun segera mengejarku dan aku dengan sekuat tenaga menarik lenganku dari seseorang sosok tersebut.“lepasin lenganku !”bentakku kepadanya. Diapun melepaskan lenganku, kami berduapun diam dan mematung beberapa saat. Lalu Afel pun datang, dan aku segera pergi denganya. Sosok yang menarik lenganku tadi ialah Al. Tidak tau kenapa, akhir-akhir ini Al sedikit aneh dan tidak menyenangkan.
**
Satu bulan lagi, kami akan menghadapi UN (Ujian Nasional). Sebelumnya, aku telah mempersiapkan diri untuk belajar. Dari belajar kelompok hingga jam tambahan belajar di suatu tempat belajar (les), begitpun dengan Vira dan Afel, kami membuat suatu kelompok belajar baik disekolah atau dirumah. Saat aku ingin mengajak Al untuk bergabung, ia malah menolak. Yah, aku juga tidak bisa memaksakanya. Walaupun kami masih pergi sekolah bersama, Al masih tetap cuek seperti biasanya.
Jam istirahat akupun langsung menuju kelas Al, yah.. sungguh aku sangat merindukan ketika kami kekantin dan belajar bersama. Sesampai dikelasnya, ternyata Al tidak ada dikelasnya. Dan aku tanya kesalah-satu temanya katanya Al sudah pergi kekantin terlebih dahulu. Langsung saja aku menyusulnya kekantin. Dengan membawa buku catatan dan membawa coklat, makanan favorit kami. Setalah aku sampai dikantin, ternyata Al sedang duduk bersama Sasha teman satu kelasnya. Mereka terlihat sangat akrab dengan canda tawanya, dan sikap Al yang tidak seperti bersamaku yang kelihatan tidak bahagia. Akupun langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
Dikelas aku hanya duduk terdiam, coklat yang harusnya aku beri untuk Al aku lempar kearah papan tulis dan tak disangka coklat tersebut berhenti tepat dikepala Afel yang sedang berjalan. “aduh,,” rengeknya. Akupun langsung sadar dengan lamunanku, kuhampiri afel yang sedang kesakitan dan langsung saja aku meminta maaf kepadanya.
**
Detik-detik disekolah, kedekatan aku dan Afel makin menjadi. Tetapi sebaliknya, hubungan aku dan Al makin tak terjalin. Aku lebih sering pergi bersama Afel, mungkin perhatian dan sikapnya yang baik kepadaku yang membuatku semakin betah didekatnya. Hingga membuatku sedikit mempunyai rasa lebih terhadapnya.
Kali ini Afel ingin mengajakku pergi kesuatu lestoran, dengan penampilannya yang rapih beda dari biasanya, lestoran tersebut kelihatanya sangak klasik mungkin karena adanya iringan musik jazz yang mengalun-alun. Keheningan diantara aku dan Afel sempat terjadi, hingga salah satu pelayan menghampiri kami untuk memberikan pesanan kami. Sebelum menyantap makanan yang berada diatas meja, Afelpun akhirnya menggungkapkan sesuatu. Dengan muka yang grogi Afel berkata “Ren, aa..ku ingin na..nya sama k..a..mu”ujarnya. Akupun jadi merasa nervous saat ia berkata seperti tersebut, rasa senang yang diiringi penasaran mulai masuk kedalam pikiranku “nanya apaan?’’jawabku sedikit santai. Kali ini muka Afel sangat grogi dibandingkan dengan sebelumnya “k..aa..mu n..ggak ma...rahkan?”. akupun semakin binggung “nggaklah nanya apaan? Santai aja kali”ujarku. Kali ini mukanya agak sedikit santai, lalu ia berkata “gini Ren, sebenernya aku sukaa.. banget sama...” kata-katanya seketika mendadak berhenti. Akupun tambah semakin penasaran, dengan memasang muka penasaran aku bertanya “sama siapa Fel?”. Kali ini Afel menjawab “dengan.. Vira, Ren”. Jlebb.. perasaanku jadi tak tentu, rasanya seperti ada petir yang menyambarku dan membuatku menjadi hangus tak karuan. Hah... sedikit ironis rasanya, siapa yang didekatinya dengan siapa yang disukainya. Tetapi aku harus tetap kuat didepanya, aku menjawab pertanyaannya dengan baik walau hatiku tak sebaik jawabanku terhadapnya.
**
Beberapa hari kemudian, Afel dan Virapun jadian. Hah.. sunggu ironis. Mau bagaimana lagi, aku juga tak bisa memaksakan perasaannya. Tiba-tiba mendadak hpku berdering, memecahkan lamunanku yang telah melayang-layang tanpa arah. Ternyata ada sms dari Al yang menyuruhku kehalaman tempat biasa kami bermain. Langsung saja aku ambil jaket dan bergegas keluar rumah dan menuju halaman dimana kami janjian.
Aku duduk termenung, desiran angin yang membuatku membiarkan rambut yang tertata rapih solah-olah melambai. Dengan mukaku yang kusut bagaikan tali layangan yang tak pernah digulung. Tiba-tiba Al datang dan membawa coklat favorit kami. Senyuman yang terukirpun mulai datang dan mengusir kekusutan. Al datang dengan sikapnya seperi dulu, sedikit kebahagiaan datang, “hai” sapanya dengan senyuman yang seolah dulu hilang. Langsung saja kupeluk dirinya dengan sejuta kerinduan yang bercampur kesedihan, tak peduli bila Al telah bersama Sasha atau yang lainya. “kamu kenapa Ren?”ujarnya ramah dengan mengusap kepalaku. Akupun menjawab “aku kangen kamu yang seperti ini” akupun melepaskan pelukan persahabatan itu. Malam ini kamipun bercanda ria bercerita tentang apa yang terjadi selama ini, mulai cerita mengenai kedekatanku dengan Afel sampai akhirnya Afel menjadi milik Vira bahkan keterdekatan Al bersama Sasha. Ternyata, mereka tidaklah memiliki hubungan khusus, melainkan teman satu kelompok belajar. Sikap Al yang akhir-akhir dingin kepadaku, karena ia tak menyukai kedekatanku dengan Afel. Sejujurnya, akupun begitu. Tak menyukai hubungan Al dengan Sasha. Dan akhirnya Alpun memberi saran kepadaku untuk lebih fokus menghadapi Ujian Nasional (UN) tanpa memikirkan hal-hal lainya. Malam yang indah, yang memecahkan kesalah pahaman diantara kami berdua.
**
Ujian Nasional telah usai, saatnya waktu diisi dengan liburan, liburan dan liburan. Dan tidak hanya itu saja, perasaan was-waspun mulai menghantui. Bagaimana hasil ujian tersebut, dan bukan hanya itu saja penggumuman SMPTN atau jalur undangan ke PTN (Perguruan Tinggi Negri) semakin membuat kami Nervous.
Selama liburan, aku banyak menghabiskan waktu bersama Al. Dari main-main dihalaman rumah sampai pergi kesuatu tempat. Khusunya, toko buku. Kami berdua banyak mempunyai hobi yang sama.
Pada suatu saat, Al mengajaku pergi kepantai. Disana kami membuat istana pasir, walaupun tak sebagus orang lainnya, maklum masih amatiran. Saat Al membuat istana pasirnya tak sengaja aku menyentuhnya hingga hancur, akupun tertawa. Sebenarnya aku sengaja, karena aku tidak bisa membuat istana pasir layaknya seperti Al. Akupun berlari dan Al mengejarku, kamipun bercanda ditengah-tengah matahari yang sedang terbenam. Hal ini membuat kami seolah-olah kembali dimasa dahulu, disaat kami berkejaran merebutkan suatu mainan. Tetapi, berbeda dengan sekarang. Tiba-tiba Al memegang kedua lenganku dan tersenyum sembari mengucapkan “sejujurnya, aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu”. Akupun sontak terkejut dengan ucapanya, lalu aku menjawab dengan malu-malu “aku juga”. Kamipun berpelukan, kali ini bukan pelukan seorang sahabat melainkan sepasang kekasih.
**
Hari ini penggumuman kelulusan kami, dan akhirnya aku dan Al lulus mendapatkan nilai yang tidak begitu buruk. Mengenai SMPTN, Al diterima disalah satu Universitas di Yogya, dan aku masih tetap dikota ini, yah.. aku diterima disalah satu Universitas Jakarta.
Satu minggu lagi Al akan pergi keYogya, jujur aku benar-benar tak rela harus kehilanganya. Aku tau kali ini Al pergi untuk kembali. Ia janji bila liburan nanti dia akan segera pulang ke Jakarta.
**
Kami duduk disalah satu podok yang berada dihalaman tempat kami bermain. Kali ini Al tidak sendiri, ia bersama gitarnya. Tidak seperti biasanya, wajah Al terlihat tampak lebih cerah. Langsung saja Al memulai memetik senar gitarnya dan ia menyanyikan lagunya pasto-pasti kembali. Lagu ini seolah-olah menjadi janji Al kepadaku, yahh.. ia pergi pasti kembali.
Pasto-Pasti Kembali Reff : Aku hanya pergi tuk sementara... bukan tuk meninggalkanmu selamanya... Aku pastikan kembali... pada dirimu.. tapi kau jangan nakal.. Aku pasti kembali.. |
Disaat Al menyanyikan lagu ini, tiba-tiba Al mengajakku berdiri dan menghampiri kolam yang berada tidak jauh dari pondok yang sedang kami duduki. Dengan gembira kami menyanyi lagu ini diikuti canda tawa yang ikut serta meramaikan serpihan perpisahan kami. Tiba-tiba tetesan demi tetesan air jatuh, yang mau tak mau kami harus berteduh, ya.. hujan gerimis lalu disusul hujan yang lebat membuat kami kembali kepondok dimana kami duduk tadi. Sunggu, rasa dingin mulai menggusik, kulipatkan kedua tanganku kedepan, sedikit mengurangi rasa kedinginanku. Lalu, tak disangka Al memberikan jaketnya kepundakku, kutoleh Al senayaku berkata “kamu nggak kedinginan?”. Dengan senyumnya dia hanya menggelengkan kepalanya.
**
0 komentar:
Posting Komentar